Analisa puncak dan lembah (Peak and Through)
Pada dasarnya digunakan untuk tujuan mengetahui trend dan reversal dari pergerakan harga suatu market. Tren tersebut baik tren naik maupun tren turun.
1. Trend Naik Vs Trend Turun
Tren Naik (Bullish)
Suatu tren dikatakan naik apabila harga selalu mampu melewati puncaknya
(peak) atau Higher High dan selalu mampu membentuk puncak (peak) atau
Higher High (HH) yang baru dimana puncak (peak) atau Higher High (HH) yang
baru tersebut selalu lebih tinggi dari puncak atau Higher High sebelumnya.
Kemudian dikuti oleh lembah (through) atau Low yang lebih tinggi dari Low
sebelumnya (Higher Low/HL)
Gambar Ilustrasi trend naik (Bullish)
Tren Turun (Bearish)
Suatu tren dikatakan turun apabila harga selalu mampu melewati lembahnya
(through) atau Lower Low (LL) dan selalu mampu membentuk lembah (through)
atau Lower Low (LL) yang baru dimana lembah (through) atau Lower Low (LL)
yang baru tersebut selalu lebih rendah dari lembah atau Lower Low sebelumnya.
Kemudian dikuti oleh puncak (peak) atau High yang lebih rendah dari High
sebelumnya (Low High/LH).
Gambar Ilustrasi trend turun (Bearish)
2. Awal dan Akhir Dari Tren (Reversal)
Awal dari tren naik (bullish) atau reversal dari down trend
Ciri awal up trend atau reversal dari down trend.
Pada trend turun (down trend):
Pada trend naik (up trend):
Gambar reversal pada real market
Awal suatu tren setelah harga konsolidasi
Pada dasarnya digunakan untuk tujuan mengetahui trend dan reversal dari pergerakan harga suatu market. Tren tersebut baik tren naik maupun tren turun.
1. Trend Naik Vs Trend Turun
Tren Naik (Bullish)
Suatu tren dikatakan naik apabila harga selalu mampu melewati puncaknya
(peak) atau Higher High dan selalu mampu membentuk puncak (peak) atau
Higher High (HH) yang baru dimana puncak (peak) atau Higher High (HH) yang
baru tersebut selalu lebih tinggi dari puncak atau Higher High sebelumnya.
Kemudian dikuti oleh lembah (through) atau Low yang lebih tinggi dari Low
sebelumnya (Higher Low/HL)
Gambar Ilustrasi trend naik (Bullish)
Tren Turun (Bearish)
Suatu tren dikatakan turun apabila harga selalu mampu melewati lembahnya
(through) atau Lower Low (LL) dan selalu mampu membentuk lembah (through)
atau Lower Low (LL) yang baru dimana lembah (through) atau Lower Low (LL)
yang baru tersebut selalu lebih rendah dari lembah atau Lower Low sebelumnya.
Kemudian dikuti oleh puncak (peak) atau High yang lebih rendah dari High
sebelumnya (Low High/LH).
Gambar Ilustrasi trend turun (Bearish)
2. Awal dan Akhir Dari Tren (Reversal)
Awal dari tren naik (bullish) atau reversal dari down trend
Ciri awal up trend atau reversal dari down trend.
Pada trend turun (down trend):
- - Harga tidak mampu lagi melewati atau break Lower Low (LL) dan terbentuk Low yang lebih tinggi (Higher Low/HL).
- - Pada pergerakan berikutnya harga break ke atas Higher Low (HL) yang baru terbentuk di atas dan membentuk high yang lebih tinggi dari high sebelumnya (Higher High/HH)
- - Ketika pada pergerakan berikutnnya harga selalu break Higher High (HH) dan membentuk Higher High yang baru serta diikuti oleh Low yang lebih tinggi dari Low sebelumnya (Higher Low/HL). Maka up trend masih akan berlanjut.
Pada trend naik (up trend):
- - Harga tidak mampu lagi melewati atau break Higher High (HH) dan terbentuk High yang lebih rendah (Lower High/LH).
- - Pada pergerakan berikutnya harga break Lower High ke bawah (LH) yang baru terbentuk di atas dan membentuk low yang lebih trendah dari low sebelumnya (Lower Low/LL)
- - Ketika pada pergerakan berikutnnya harga selalu break Lower Low (LL) dan membentuk Lower Low yang baru serta diikuti oleh High yang lebih rendah dari High sebelumnya (Lower High/LH). Maka down trend masih akan berlanjut.
Gambar reversal pada real market
Awal suatu tren setelah harga konsolidasi
- - Saat harga keluar dari area konsolidasi (kisaran harga), menjadi sinyal harga akan segera bergerak trending.
- - Jika harga terus bergerak menjauhi area konsolidasi, indikasi hrga akan segera bergerak trending semakin kuat.
- - Pada titik tertentu setelah harga bergerak cukup jauh meninggalkan area konsolidasi tersebut, berikutnya akan terjadi pembalikan arah pergerakan menguji kembali area konsolidasi.
- - Apabila memantul (bouncing), maka akan terbentuk HH – HL pada pergerakan naik atau LL – LH pada pergerakan turun, dengan demikian trend menjadi valid.
3. Support – Resistent
Ada beberapa cara untuk menentukan level support dan resisten. Dalam teori Dow
level-level HH dan LL juga menjadi level support dan resisten.
- - Level Higher High sebagai Support dan Resisten
level Higher High (HH) yang baru, maka setelah koreksi selesai, harga akan kembali
bergerak naik. Pada saat harga kembali naik dari koreksi inilah akan mengahadapi
resisten, dimana resisten tersebut adalah level HH yang baru terbentuk tersebut.
Ketika level HH yang juga berfungsi sebagai resisten di atas dapat ditembus, maka
harga akan kembali membentuk level HH yang baru lagi, setelah itu, secara patron,
harga akan kembali koreksi. Ketika koreksi ini, maka level HH yang telah dibreak
sebelumnya, akan menjadi level support.
Untuk lebih jelas, perhatikan contoh pada gambar chart di bawah ini.
Untuk Down Tren, prinsipnya sama dengan identifikasi support - resisten pada up
trend di atas, bedanya kalau pada up trend yang jadi level support - resisten adalah
level HH, maka untuk down trend adalah level LL.
Selain itu, bisa juga menggunakan trend line, channel, zona keseimbangan antara
supply - demand atau flat dan lain-lain.
4. Entry Buy dan Sell
Ada 2 tipe trader dalam pengambilan keputusan entry, agresif dan moderat. Tipe
agresif lebih berani mengambil resiko, tetapi dengan besarnya resiko yang dihadapi
akan mendapat gain atau reward lebih besar pula. Sementara tipe moderat biasanya
lebih sabar dan sangat berhati-hati, sangat memperhitungkan resiko agar bisa
ditekan sekecil mungkin, karena sangat mempertimbangkan resiko, maka jumlah
reward yang akan diterima lebih kecil dibanding tipe agresif.
ilustrasi entry posisi..
Kesimpulan
1. Siklus sebuah trend melalui masing-masing 3 fase up trend dan 3 fase down trend,
fase-fase tersebut adalah:
- - Up Trend: Akumulasi - Partisipasi – Distribusi
- - Down Trend: Distribusi - Partisipasi – Akumulasi
berikutnya.
2. Harga dikatakan bergerak dalam:
- - Up trend jika, harga tersebut selalu mampu break higher high dan membentuk higher high yang baru, yang diikuti oleh Low yang lebih tinggi dari Low sebelumnya (Higher Low/HL)
- - Down Trend jika, harga selalu mampu break lower low dan membentuk lower low yang baru, yang diikuti oleh high yang lebih rendah dari high sebelumnya (Lower High/LH)
3. Reversal
- - Pada up trend: Jika harga tidak mampu break higher high dan justru break ke bawah higer low setelah itu diikuti oleh gerak pullback/retest ke higher low yang dibreak tersebut dan kemudian mantul.
- - Pada down trend: Jika harga tidak mampu break lower low dan justru break ke atas lower high setelah itu diikuti oleh gerak pullback/retest ke lower high yang dibreak tersebut dan kemudian mantul.
4. Entry mengikuti trend yang sedang berlangsung paling rendah pada TF daily dengan
aturan sebagai berikut.
- - Pada kondisi market bergerak up trend: Untuk yang bertipe Agresif, ketika harga break higher high dan clossing di atas higher high tersebut, maka entry dilakukan pada saat open candle hari berikutnya. Untuk yang bertipe moderat, entry dilakukan ketika harga pullback ke higher high yang di break tersebut.
- - Pada kondisi market down trend: Untuk yang bertipe Agresif, ketika harga break lower low dan clossing di bawah lower low tersebut, maka entry dilakukan pada saat open candle hari berikutnya. Untuk yang bertipe moderat, entry dilakukan ketika harga pullback ke lower low yang di break tersebut.
sumber
Hifni Zaini (Wong Kito)
terima kasih atas ilmuya om...salam ikhlas sy dri malaysia.. :)
ReplyDelete